Kamis, 03 November 2011



KEPEMIMPINAN KAUM MUDA


    Kaum muda merupakan generasi harapan bangsa yang berpikir progresif dan anti status quo. Mereka juga sering diharapkan untuk menjadi pelaku sejarah sebagai agent of change. masyarakat merindukan lahirnya pemimpin baru yang accountable, dan itu diharapkan lahir dari tokoh muda. Barangkali demikianlah perspektif yang dibangun seiring dengan diwacanakannya wacana kepemimpinan kaum muda dikancah nasional, pasca Ikrar kaum muda pada 2007 yang diberi tema sentral, “saatnya kaum muda memimpin”.

Wacana yang dilontarkan oleh berbagai ormas dan tokoh muda sempat menjadi pembicaraan yang hangat terutama sebelum berlangsungnya pemilu legislative dan pemilu untuk memilih presiden. Jaringan aktivis prodemokrasi tak kalah kerasnya mengkampanyekan pentingnya pemimpin alternatif dari kalangan muda. Tokoh-tokoh muda yang menggembar-gemborkan wacana suksesi kepemimpinan nasional untuk kaum muda disuarakan Tokoh-tokoh muda seperti Sukardi Rinakit, Faisal Basri, Yudi Latief, Ray Rangkuti, Effendi Ghazali, Anies Baswedan, Indra J. Piliang, dan Fajroel Rahman.

Beberapa tokoh mudapun dijagokan untuk maju dan bertarung dalam dua pesta demokrasi bangsa Indonesia ini. Wacana kepemimpinan kaum muda kembali menghangat untuk sesaat, pada skala yang lebih kecil yaitu ketika MUNAS partai Golkar berlangsung di Pekanbaru, beberapa waktu yang lalu. Kemudian wacana kepemimpinan kaum muda yang semula hangat, tiba-tiba redup ditelan waktu, mulai memudar dan sepertinya tidak akan disentuh lagi. Penyebabnya bisa jadi seiring kekalahan demi kekalahan secara opini dan tokoh muda dalam pertarungan politik dalam beberapa helatan public.

Dimana letak kekurangan wacana kepemimpinan kaum muda hingga mengalami kegagalan. Nyatanya, tidak ada Counter opini yang nyata-nyata menetang atau melawan arus opini kepemimpinan kaum muda. Yang ada hanya Counter opini secara halus dan dengan dinamika yang minimal. Counter dilakukan dengan mengambil perbandingan pada beberapa keberhasilan kaum pendahulu, prestasi dan kekayaan kaum pendahulu sepertinya merupakan garansi bagi khalayak dan elit untuk tidak terbawa arus wacana kepemimpinan kaum muda dan tetap percaya akan tokoh-tokoh status quo, Seiring adanya upaya untuk lebih mempopulerkan visi,misi dan kinerja mereka. Beberapa elit, justru ada yang memberikan asa kepada terwujudnya wacana ini pada tahun 2014 yang akan datang, untuk saat ini pemuda harus bersiap diri untuk menyongsong tahun-tahun itu.

Fakta sejarah menyatakan ide, perjuangan dan pengorbanan pemuda selalu member andil dalam setiap fase itu seperti suluh dalam terang, peran pemuda terus bercahaya. Sumpah pemuda 1928 merupakan cikal bakal dari konsepsi tentang nasionalisme kebangsaan Indonesia, walaupun sebelumnya telah dimulai dari berdirinya organisasi modern, namun belum memberikan nuansa ke-indonesiaan yang jelas, tegas dan lugas. Lalu dalam titik kritis untuk mencapai kemerdekaan dan menyebarkan berita kemerdekaaan pada seluruh pelosok negeri pada Agustus 1945, pemuda kembali memainkan peran strategisnya sebagai pencetus ide sekaligus motor penggerak utamanya.

Belum lagi jika dihitung jasa-jasa pemuda dalam tahun kritis berkebangsaan pada 1966 dan 1998. Seperti halnya judul pidato Soekarno yang diberi judul “jas merah” alias jangan sekali-kali melupakan sejarah, maka sudah saatnya pemuda bisa mengklaim secara jelas mengenai jasa-jasanya agar tidak begitu saja dilupakan oleh rakyat dan tertulis dalam sejarah. Hal itu sesuai dengan pernyataan Pramudya Ananta Toer bahwa dalam sejarah modern kita selamanya Angkatan Muda menjadi motor perubahan ke arah yang lebih maju, kecuali angkatan 66.

Namun dari itu, terdapat ke-ironi-an, setumpuk jasa-jasa dari gerakkan kaum muda seperti tidak dihargai, mudah dilupakan. Budaya dan system kita seperti tidak berpihak kepada pemuda. Kesempatan bagi kaum muda juga merupakan factor penentu, dengan tidak diberiakan kesempatan maka tidak dapat dihindari krisis kepemimpinan nasional akan semakin parah. Sementara itu lembaga-lembaga masyarakat dan lembaga politik yang ada tidak kunjung jua mencetak dan memberikan kesempatan pada pemuda seperti yang diharapkan, setidak-tidaknya demikianlah penilaian Arbi Sanit.

Sebuah rekontruksi wacana kepemimpinan kaum muda perlu diajukan dan dikaji secara lebih matang, hingga terkesan tidak sporadis. Rekontruksi ini akan lebih mudah dilakukan jika semua element kaum muda dan masyarakat umum lainnya, mau terlibat dalam dinamika wacana kepemimpinan kaum muda, jadi wacana kepemimpinan kaum muda tidak hanya milik beberapa gelintir orang, akan tetapi jadi wacana pemuda keseluruhannya dan masyarakat pada umumnya. Disamping membuka lembar sejarah, pemuda perlu untuk memahami perkembangan sosiologi-psikologi masyarakat Indonesia dewasa ini. Dengan langkah-langkah ini, mudah-mudahan wacana kepemimpinan kaum muda dapat terwujud lebih cepat.

Materi wacana kepemimpinan kaum muda hendaknya merupakan gambaran objective kondisi kepemudaan. Dengan menjauhkan diri dari nilai-nilai subjectivitas seseorang atau kelompok yang membawa kehendak dan kepentingan. Artinya, wacana ini bukan wacana pragmatis yang akan dipergunakan sesuai kepentingan sesaat.dengan demikian maka diharapkan tokoh yang lahir nanti adalah tokoh muda ideal yang paham realita serta konsisten dalam memperjuangkan idealismenya.

M. Masad Masrur, menyarankan wacana kepemimpinan kaum muda hendaknya jangan berupa wacana pragmatis. Lebih lanjut, juga berarti wacana ini berkelanjutan, tidak terputus oleh ruang dan waktu. Ekspektasi yang diharapkan terjadinya tindak-lanjut (follow up), jadi wacana ini akan menghasilkan sesuatu bukan sebagai wacana pemanis mulut dan tinggal di alam hayalan. Dengan kontiniutas dan follow up wacana, maka diharapkan lagi, masyarakat luas akan mudah menerima hadirnya pemimpin muda yang siap mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan nasional.

Hendaknya wacana ini berbentuk wacana inklusif toleran, artinya wacana yang bisa mengundang dan melibatkan seluruh masyarakat untuk memberikan pandangan serta kritik konstruksi dalam membangun wacana ini hingga menjadi realita. Dengan membuka diri dan bersiap mendapatkan penilaian seperti ini, maka diharapkan wacana ini akan berevolusi menjadi wacana tahan banting dan tidak mudah dipatahkan begitu saja. Sebagai wacana inklusif toleran, akan memacu kedewasaan wacana. Titik lemah dari wacana kepemimpinan kaum muda akan mudah terlihat dan terdeteksi hingga dapat diperbaiki. Sebagai wacana inklusif toleran, akan memacu kedewasaan wacana.

Wacana kepemimpinan kaum muda untuk sementara ini adalah harapan yang tidak pernah jadi. Seperti putik bunga yang tumbuh dengan cepat namun tak kunjung mekar dan mencapai kematangannya. Akan wacana kepemimpinan kaum muda akankah kembali tumbuh dan berkembang menjadi matang pada masa yang akan datang?
   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar