Sabtu, 05 November 2011

Saya justru melihat sebuah pesan idealisme yang cukup mendasar apa yang telah disampaikan Ronald. Di kehidupan yang ingin kita merdekakan ini , ibarat sebagai tuan rumah kita harus mulai berani melepaskan rasa sungkan untuk memberlakukan etika terhadap tamu yang bertandang maupun yang diundang dirumah kita, agar si tamu tidak kurang ajar ngintip kamar anak gadis kita, berak sembarangan atau tindakan tidak beretika lain. Tamu memang penting, sejauh tidak minta menu martabat kita. Yang lebih bagus bila menghasilkan nilai tambah bagi keduanya,walaupun itu tidak harus berupa uang. Bisa berupa persahabatan, usaha yang menguntungkan bersama atau perbesanan yang didasari cinta kasih bukan kompensasibayar utang dengan anak gadis kita.

  Kita tidak perlu terpaku dengan menyalahkan keadaan " karena warisan
  ". Cara pandang seperti itu sudah kuno, harus dikubur bersama tailingnya newmont. Kebiasaan itu biasanya untuk menyembunyikan ketidak mampuan dan rasa frustasi menyikapi keadaan yang penuh gejolak seperti sekarang ini: nilai tukar, sosial, politik maupun yang paling pribadi , libido!. Banyak diantara kita yang masih berkeyakinan bahwa sebentar lagi akan kembali "stabil, normal". Sehingga dalam menghadapi masalah, seringkali menyelesaikannya dengan cara sementara sambil terus berharap situasi akan kembali normal. Disinilah kita sering kemalingan visi dan martabat, lantaran menyelesaikan masalah dengan cara sederhana tidak berperasaan.

Kalau mau belajar kritis, tidak sekedar hidup, kita seharusnya mulai menganggap dan menjadikan gejolak itu sebagai variabel kendali dalam kehidupan. Karena mimpi akan kedatangan situasi normal, stabil tahap kedua tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kalau tidak percaya tanyakanlah kepada orang-orang yang hidup pada masa setelah perang dunia I.: Woodrow Wilson atau Gertrude Stein atau Pablo Picasso atau Werner Heisenberg atau Henry Ford Sr . Keadaan tidak pernah kembali normal setelah perang dunia ke2, tanyakanlah kepada: Henry Kaiser,Glenn Miller, atau Poland. Demikian juga sejak runtuhnya komunisme hingga satu dekade ini tidak seorangpun yang melihat segala sesuatu dapat kembali normal. Jadi intinya adalah kita jangan terus membiasakan diri dengan harapan semu dan tidak kreatif karena selalu terbiasa nyaman bersembunyi dalam pola pikir sempit "tidak ada pilihan". Terkecuali, kalau di panti pijat lantaran belum terbiasa, bolehlah kali pertama dipilihkan yang cocok buat kita .....!.

Tidak ada jaminan kalau orang dekat dengan daerah tambang akan bisa
melihat masalah lebih baik, lebih objektif, lebih proporsional atau lebih komprehensif dari orang yang jauh dari tambang. Kalau anda paham tentang renesanse itu malah sebaliknya. Disekitar tambang hanya bisa melihat detail atau sebuah titik. Hikmah renesans bisa membuat orang lebih paham dari orang yang hanya memperhatikan detail atau sebuah titik. Mereka bisa punya pandangan lebih komprehensif dan objektif tentang moralitas, tata nilai dan yang seharusnya. Karena sewaktu mikir bajunya tidak ditarik-tarik oleh orang sekitar tambang, sewaktu mikir tidak ditraktir cola oleh Rich Ness dsb, dsb

Ok nald, terus maju jangan main kasar, tapi bolanya tetap kita giring

kearah gawang !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar