Rabu, 02 November 2011

SITUASI FREEPORT PASCA MOGOK KARYAWAN.  Freeport sudah lama perusahaan ini banyak membuat skandal dengan para pekerjanya mulai dari sentimentil kesejahteraan buruh sampai dengan stabilitas keamanan para pekerja selalu menjadi permasalahan utama.

Lebih dari 10 ribu orang karyawan PT Freeport Indonesia terisolasi di kawasan tambang Tembaga Pura dan Kuala Kencana Papua akibat demo. Mereka mengaku stres dan tidak tenang karena minimnya keberadaan aparat keamanan di sana.

Para karyawan PT Freeport meminta agar Presiden SBY dapat turun tangan. Pasalnya segala fasilitas umum seperti akses jalan, bahkan bandara di Timika tidak dapat digunakan. Mereka minta Kementerian terkait dan SBY untuk turun tangan. 

Mereka mengaku bahwa jika naik turun bis dikawal pakai senjata. Semua jalan di blok , kami ingin makan apa sedangkan semua di blok Airport di blok. Mereka juga meminta Menkumham, Kapolri juga memperhati
Keadaan yang mencekam ini terjadi karena aksi penembakan yang marak terjadi membuat para karyawan ketakutan. Para keluarga karyawan Freeport meminta Presiden SBY memberikan perlindungan ke mereka.
 Hal ini disampaikan oleh perwakilan karyawan PT Freeport Indonesia Anita Sianturi dalam teleconference yang diadakan Freeport di kantornya, Ku "Komunitas keluarga karyawan titip pesan ke pemerintah. Di tempat kerja semakin hari kian mencekam. Kami datang ke sini untuk cari kesejahteraan, ujar Anita.

Anita mengungkapkan Seluruh karyawan kelelahan karena ketakutan yang mendalam akibat penembakan yang marak terjadi.

"Kami lelah, butuh perlindungan. Mohon tindak secara tegas orang yang mengganggu keamanan. Pak Presiden kami minta dengan hormat dan sangat," katanya.

"Kami semakin takut dan trauma. Anak-anak bertanya kami libur sekolah atau tidak. Tembaga Pura itu jauh dari keramaian. Persediaan logistik dan makanan menipis karena pemblokiran jalan," tuturnya.


"Di sini ada 1.525 KK. Terdapat banyak orang, ibu-ibu, anak-anak di sini. Kami mohon keadaan kami diperhatikan. Baik Presiden SBY atau keamanan yang lain," 

Sampai saat ini dikabarkan, kondisi di sekitar tambang Freeport masih belum aman. Seperti diketahui perselisihan manajemen Freeport dengan serikat pekerjanya terkait tuntutan tenaga kerja non-staf Freeport yang meminta kenaikan gaji berstandar dolar. Perselisihan ini berujung mogok kerja ribuan karyawan non staf Freeport.

Pihak manajemen Freeport mengklaim, telah memberikan pengupahan yang terbaik di industri pertambangan di Indonesia. Sebagai gambaran rata-rata penghasilan (take home pay) karyawan non staf termasuk yang paling terendah di Freeport bisa memboyong Rp 210-230 juta per tahun.

Namun karyawan tetap menuntut kenaikan gaji pada rentan US$ 17,5 per jam sampai US$ 43 per jam. Dalam perhitungan US$ 17,5 per jam saja, total pendapatan yang akan diterima karyawan mencapai Rp 49 juta per bulan, atau Rp 500 jutaan per tahun.

Dengan kondisi yang semakin mencekam, harga barang kebutuhan dasar hingga tarif ojek di Timika meningkat.


"Kami terima keluhan dari masyakarat, bahwa telah terjadi kenaikan harga. Saat proses negosiasi terus berjalan. Harga sayur, dari Rp 5 ribu menjadi Rp 10 ribu. Harga beras sekarung dari Rp 120 ribu menjadi Rp 300 ribu," imbuh VP Hubungan Masyarakat PT Freeport Indonesia, Demianus Dimara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar